Friday, February 26, 2016

BIOGRAPHY SAYYIDUNA SYEIKH AL ALIM AL ALAMAH AL ARIF BILLAH AL HABIB SAGGAF BIN MAHDI PARUNG - BOGOR

BIOGRAPHY SAYYIDUNA SYEIKH AL ALIM AL ALAMAH AL ARIF BILLAH AL HABIB SAGGAF BIN MAHDI PARUNG - BOGOR
Berawal dari nasihat Habib Soleh bin Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur " NANTI kamu jadi ulama besar dan kaya raya ". Kamu masuk pondok saja. Berangkatlah tawakkaltu," usai 'meneliti' kaki Abah yang masih berusia 14 tahun.
Namun Abah masih ragu. Pasalnya sejak kecil beliau tak pernah mondok. "Kepala seperti mau pecah mendengar perintah itu. Tapi saya pergi juga ke Pesantren Darul Hadits di Malang," kenang Abah panggilan akrab Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.
Di depan pintu ponpes, Abah diterima pendiri Darul Hadits Malang, Imamul Habr Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih al-Alawy RA. "Kamu musti belajar baca al-Qur'an," kata Habib Abdul Qadir seraya memegang kuping Abah. Sontak, sakit kepala dan keraguannya langsung hilang. "Hati saya terbuka. Ini guru saya. Apa pun yang terjadi, saya harus belajar di sini," tekad Abah.
Abah pun menempuh pendidikan di sana dengan cemerlang. "Saya menjadi santri hanya 2 tahun 7 bulan dan langsung ngajar fiqh dan nahwu. Saya di sana 13 tahun," kenangnya.
Sepulang dari Malang, Abah berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair selama 5 tahun Syeikh Muhammad dan i'tikaf di Makkah selama 5 tahun Menata sendal Jama`ah Haji dan Umrah dari seluruh dunia dengan niatan mencari berkah. Abah juga memperdalam tareqat di Irak. Namun Beliau harus kembali ke Tanah Air Guru tarekatnya yang beraliran Syadziliyah, merekomendasikannya belajar tareqat di Mranggen, Demak.
"Karena tareqat Syadziliyah agak sulit di Indonesia, maka saya disuruh ke Mranggen yang beraliran Qadiriyyah. Syekh Muslich Mranggen itu guru tareqat saya," ungkap Abah kepada Gamal Ferdhi dan Ahmad Suaedy dari the WAHID Institute.
Beliau pun lantas kembali ke Dompu mendirikan Ponpes Ar-Rahman. Tak lama berselang, Abah mendirikan Ponpes Nurul Ulum di Kali Mas Madya, Surabaya, yang banyak menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Afrika Konon Cerita Pon Pes Nurul Ulum ini areanya dahulu yaitu Padepokan Sunan Ampel Maka dari itu Beliau mengambil Berkah dari Sunan Ampel.
Sejak itu, undangan ceramah banyak datang dari negara tetangga. Ratusan ribu massa selalu memadati majelisnya di Singapura. "Bukan hanya orang Melayu dan Islam, orang Cina, India, Budha, Hindu dan lain-lain, telah memenuhi stadion Singapura sejak sore," ujarnya.
Kepandaiannya menguasai Qiraah Sab'ah (bacaan al-Quran dengan riwayat tujuh imam, Red) membuatnya ditunggu majelisnya di Singapura. Namun kepandaiannya itu juga yang mengakibatkan Mufti Singapura menuduhnya mengutak-atik bacaan al-Quran.
"Saya dituduh merusak al-Quran. Akibatnya ponpes saya di Surabaya disegel Depag dengan alasan takut bentrok antara Indonesia dengan Singapura. Tanah seluas 5 ha di Sekupang Batam yang diberi pemerintah juga ditarik kembali," ungkapnya mengenang peristiwa di awal 1980-an itu.
Beliau pun pindah ke Jakarta. Di Ibukota, Abah pun menghidupkan majelis di Masjid Agung Bintaro. Krisis sosial-politik pasca jatuhnya Bpk. H. Muhammad Soeharto pada 19 Juni 1998, membuat Abah memutuskan pindah ke Desa Warujaya, Parung, Bogor yang lebih tenang dibanding Jakarta.
Ternyata, krisis ekonomi turut menghancurkan masyarakat Desa Warujaya. Hal itu memicu Abah mengumpulkan anak-anak sekolah di rumahnya. "Sebelum sekolah mereka makan nasi ketan di rumah. Tiap anak saya kasih uang jajan Rp 250. Dan tiap keluarga kita bagi beras 5 kg," katanya.
Pada 1999, datanglah seorang santri asal Wonogiri, Solo, bernama Mualim Al Ustadz Muazudin Prawoto Suwito ( Ibnul Hajar) . Kedatangannya memberi spirit bagi Abah untuk mendirikan Ponpes al-Ashriyyah Nurul Iman. Kian lama ponpesnya kian besar, hingga kini memiliki 20.000 santri kurang lebih. Selain beribadah dan belajar, ponpes itu juga melatih santrinya bertani, daur ulang sampah dan membuat roti.
Diakui Abah, ikhtiar ekonomi para santrinya belum cukup untuk menghidupi ponpes terbesar di Bogor itu di Jamannya. Karena itulah, Abah menerima beberapa dermawan mensedekahkan hartanya untuk kepentingan ponpes.
"Dua masjid itu sumbangan dari orang yang sama," ungkap Abah menjelaskan asal usul dua masjid besar di dalam pon-pes. Satunya berkapasitas 10.000 orang untuk santri laki-laki dan sebuah lagi, berkapasitas 10.000 orang untuk santri perempuan.
Tak hanya itu, beberapa perkumpulan agama non-Islam turut menyumbang konsumsi, tenaga pengajar, gedung olah raga dan asrama. Jadi, jangan heran jika di depan masjid agung pon-pes berdiri dojo Taekwondo seluas 200 m2, sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young Soo.
"Guru Taekwondo-nya dari Korea. Kita juga memadukan zafin (tarian Arab,Red) dengan Taekwondo. Sekarang sedang dipatenkan di Korea Selatan," jelasnya.
Ponpes itu juga memiliki gedung dua lantai, dengan 24 ruang kelas, 2 ruang guru, 32 kamar mandi dan 20 toilet. Pendidikan tsanawiyah/SMP, aliyah/SMA dan Universitas Habib Saggaf/STAINI dise-lenggarakan di situ. "Gedung ini sumbangan dari Yayasan Buddha Tzu Chi," jelasnya.
Puluhan tempat bermukim para santri, Bahkan salah satu diantaranya adalah sumbangan dari organisasi keturunan India di Indonesia, Gandhi Sevaloka.
Hadirnya beberapa bangunan dari sumbangan komunitas non-muslim itu, menurut Abah, karena dirinya tak segan bergaul dengan siapa pun. "Kadang beberapa pendeta tidur di sini untuk mempelajari sistem ponpes ini," akunya.
Abah juga terus menanamkan toleransi antar pemeluk agama di negeri ini. Karenanya, ia menyayangkan aksi kekerasan sekelompok orang dengan mencatut Islam. "Akibatnya Islam dipandang salah. Orang Islam dianggap 'tukang makan orang'," ujarnya lugas.
Selain itu, kata Abah, rusaknya citra Islam juga karena ajaran Islam disalahpahami. "Itu, orang-orang yang ngaku mujahid. Mujahid apa itu, berontak di negara orang. Mereka bikin kacau Indonesia. Kalau saya presiden, saya usir mereka. Saya tangkap dan saya suruh tinggal di Arab. Jadi, jika kita ingin memperbaiki, jangan yang sudah rusak dirusak lagi. Itu baru mujahid," himbaunya.
Untuk itu, Beliau menghimbau kelompok yang mengusung nama Islam agar menyelesaikan persoalan melalui mekanisme hukum. "Ini Indonesia. Ada pemerintah, ada hukum, dan ada polisi. Mereka yang menjaga keamanan. Jika tidak melalui jalur hukum, berarti ingin mendirikan negara dalam negara. Tapi pemerintah juga salah, kok orang-orang kayak begitu dibiarkan. Mereka itu bisa merusak Indonesia," tandasnya. ( Mohon Maaf Apabila ada Kekurangan di dalam Biography ABAH sudi kiranya untuk di share Kepada Kita Semua ) . Moga - moga Bermanfaat. Al Faqir Santri ABAH

No comments:

Post a Comment