Tajalli Dzat Allah
Pada bagian ini akan diterangkan tentang Tajalli zat, hendaklah anda kethui,
bahwa Tajalli Zat itu atas tujuh martabat (Tingkat “Tanazzul” (turun) dari
Hidratus-Sarij yaitu Hidrat Zat semata-mata yang pengertiannya tidak menyangkut
sifat dan asma atau dlam pengertian lain, lepas dari pada
isyarat.
Arif Billah Sayyid
Abdullah bin Ibrahim Al-Mirghani q.s dalam Kitab beliau Tuhfatul Mursalah
menyebutkan : “Kunhi Zat Allah s.w.t. tidak dapat digambarkan oleh akal dan
indera (hissi) yang lima, tidak terbatas (haq) dengan ukuran akal dan
pancaindra maka uaha yang demikian termasuk usha yang mustahil, Hal itu hanya
mungkin dicapai dengan jalan kasyaf.
Penjelasan Martabat Tanazzul :
1.
Martabat Ahadiyat :Martabat (tingkat) ini dinamakan pula dengan “martabat Kunhi Zat”
yaitu keadaan Zat semata-mata, dari sini nyata apa yang dinamakan sifat dan
asma. Tidak ada martabat lain yang lebih atas dari pada ini. Semua martabat
yang berikut ini, bersumber dari martabat ini.
2.
Martabat Wahdah : Tingkat ini dalah
tingkat sifat secara keseluruhan (ijmal) dengan segala nama, disinilah hakekat
Nabi Muhammad s.a.w, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, hawiyatul-alam atau hakekat alam.
Segala apapun adalah dari Nur Muhammad s.a.w. sebagaimana sabda Beliau : “
awwalumaa Khalaqallahu Nuura Naiyyika Yaa Jaabiru Wa Khalaqa Minhul-asyyaa’a Wa
Anta Min Tilkal Ayaa’i”
Artinya : “ Mula-mula yang
dijadikan adalh Nur Nabimu Ya Jabir, Dan Allah jadikan dari nur itu, segala
sesuatu ini. Dan engkau Hai Jabir termasuk pada sesuatu itu”
Pada Hadist yang lain Nabi bersabda : “ Ana
Minallaahi Wal Mu’minuuna Minni”
Artinya : “Aku adalah dari pada
Allah, dan orang-orang Mukmin adalah dari padaku”
Sabda Nabi s.a.w. : “Innallaaha Khalaqa Ruuhannabiyyi
Shalallaahu’Alaihi Wasallama Min Dzaatihi Wa Khalaqal Aalama Biasrihi Min Nuuri
Muhammadin Shallahu Alaihi Wasallama”
Artinya : Sesungguhnya Allah
ciptakan Roh Nabi Muhammad dari Zat-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan
rahasiaNya dari pada Nur mUhammad s.a.w “
Selain itu ada juga
suatu riwayat dari Abdurrazaq r.a. yang diterimanya dari pada Jabir r.a. Jabir
pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. “Ya Rasulullah
beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?”
Rasulullah menjawab : “ Yaa
Jaabiru Innallaaha Khalaqa qablal Asy-yaa’i Nura Nabiyyika Min Nuurihi”
Artinya : Sesungguhnya Allah
ciptakan sebelum adanya sesuatu, adalah Nur Nabimu dari pada Nur-Nya.”
Dari Hadist-hadist ini jelaslah bahwa kejadian Nur Muhammad
s.a.w.adalah Nur-Zat-Nya.
Allah berikan nama
dengan Nur-Nya sebagai tercamtum di dalam Al-Quraan yang mulia :
“ Laqad Ja’Akum Minallahi Nurun”
Artinya : Sesungguhnya telah Allah
datangkan untuk kamu Nur dari pada Allah. Yaitu Nur Muhammad s.a.w.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Nur adalah salah satu nama Allah
s.w.t. Diambil nama itu untuk Nabi kita karena tidak lain daripadaNya jua dalam
arti Hakiki.
Untuk memudahkan
pengertian kita misalkan “matahari” dengan “cahaya matahari”. Cahaya matahari
menunjukkan tentang adanya si matahari, tetapi cahayanya itu sendiri sebenarnya
bukanlah matahari pada rupa/bentuknya (surah) namun cahaya matahari itu dapat
kita sebutkan matahari sepanjang gambaran arti saja. (itibar ma’na). Karena
bilamana cahayanya tidak ada, kita akan mengatakan tidak ada matahari padahal
matahari itu bukanlah cahaya.
Berhubung hal ini adalah
suatu “kebenaran (haq)” maka Allahpun memberikan pula nama yang lain kepada
beliau dengan nama Al-Haq yang nama ini adalah juga salah satu dari
nama-nama Allah.s.w.t. sebagaimana firmanNya: “Yaa
Ayyuhan-Nassu Qad Ja’akumul Haqqu Min (R) Rabbikum”
Artinya : “Wahai manusia, telah
datang Al-Haq dari pada Tuhanmu, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.”
1.
Martabat Wahidiyah Pada martabat ini nyata pula sifat dan asma itu
dalam arti “munfashil” (terurai). Pada martabat wahdah nyata sifat dan
asma dalam arti ijmal maka pada martabat ini adalah arti munfashil. Dari sini
pula lahirnya Kalam Qadim (ucapan Allah Yang Maha Sedia) yaitu “annahu
Anallahu” artinya, sesungguhnya Akulah Allah. Adanya tuturan kata (khitob) dengan
“kalam qadim” itu berarti ada yang “dituturi” (sasaran pembicaraan) yaitu alam
sifat dan asma.
Ketiga tiga martabat
yang tersebut itu adalah Qadim. Adapun terjadinya susunan pada tingkat tingkat
itu hanya sekedar suatu gambaran semata-mata (amrun ‘ittibary) janganlah
hendaknya diartikan seolah olah terdapat tingkat menurut ukuran masa dan ruang
atau tempat.
Maka nyata dengan jelas
pada alam asma dan alam sifat roh Nabi Muhammad.s.a.w. menyeluruh pada hidlrat
wahda dan teruarai pada hidlrat wahidiyah. Pada alam syahadah/alam nyata ini,
diartikan awal dari segala yang jadi (tercipta) awal dari segala mumkinat yang
datang dari hidlrat Mahabbah sebagai yang tersebut dalam Hadist Rasulullah
s.a.w.,suatu hadist Qudsi (Firman Allah S.w.t.) yang berbunyi : “ Kuntu
Kanzan Mahkfiyyan, Fa Ahbabtu An’Urufa, Fa Khalaqtul Khalqa Liya’Rifani”
Artinya : “Aku (Allah) adalah
suatu perbendaharaan yang tersembunyi, lalu Aku berkeinginan dikenal maka
Kujadikanlah mahkluk (Muhammad s.a.w.) agar dia kenal atau ma’rifat kepadaKu”
Lalu kemudian zahirlah
Nabi Muhammad s.a.w. di alam syahadah atau alam nyata ini, yang dari padanya
jua jd segala isi alam ini.
Rasulullahpun bersabda : “ Ana Abul
Arwaahhi Wa Aadamu Abul Basyari”
Artinya : “ Akulah bapak atu
sumber dari segala roh, dan Adam bapak atau sumber segala tubuh (basyariat).”
Kata Syekh Abdul Ghani
An’Nablusi q.s di dalam Syarah Fushush “ Roh segala jasad itu
adalah satu, sedang yang berbilang ini hanyalah nafas. Maka nafas itulah yang
mengalami mati, namun roh tidak akan mati karena berdirinya roh itu adalah
dengan Haq Ta’ala pada semua keadaan ”.
Nabi Muhammad s.a.w.
sebagai uraian yang terdahulu adalah jelas sebagai bapak/sumber dari segala
sesuatu ini, serta sumber dari segala hayat kehidupan.
Berarti dengan itu jelas
pulalah bahwa “mesrahlah Nur Muhammad pada segala sesuatu ini, laksana
mesranya air pada tumbuh tumbuhan. Pafham fainnahu muhimmun (fahamilah,sungguh
hal ini sangat penting).
Syekh Muhammad ibnu
Abdul Karim As-Saman r.a. berkata dalam susunan Sholawat pada kitab Minnahul
Muhammadiya : “Alifudz-dzatis-sariyyi Sirruha Fii Kulli Dzarratin.
Ha’un Haayatul’alami Alladzii Minhu Mabda’uhu Wa Maqarruhu”
Artinya : Alif Zat, adalah mesra
rahasianya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul alam ( kehidupan alam
semesta ) dari situlah permulaan dan menetapnya”
Alif dan Ha yang dimaksud ini di itibar dari huruf huruf yang tertera pada
nama Nabi Muhammad s.a.w. dengan nama yang lebih dikenal dilangit ialah Ahmad.
No comments:
Post a Comment